watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

kEPERKASAAN POKISI MUDA

Masih ingatkan denganku?Lihat lagi dong ceritaku
dengan pegawai Telkom atau Tukang Bersih2.
Ya, namaku Siti Maemunah, panggil saja aku
Mae. Keluargaku cukup terpandang dengan gelar
kebesaran mereka dari tanah Arabia, tapi masih
kolot, apa-apa selalu dihubungkan dengan
agama, huh… keluargaku adalah keluarga
muslim yang teramat taat sehingga aku pun
diwajibkan memakai baju kurung dan berjilbab
sedari kecil. Namun segala sesuatu yang
membuatku tidak bebas bergerak malah
membuatku selalu ingin tahu dan aku sangat
antusias bisa merasakan hal-hal baru di luar
dunia kolot ini. Apalagi, ternyata aku tercipta
menjadi seorang muslimah yang mempunyai
hasrat nafsu sangat tinggi dan aku sangat
bernafsu bila tubuhku dinikmati oleh banyak laki-
laki, hal ini membuat lebih bersemangat.
Mungkin aku jadi begini karena kehidupan
sosialisasiku sangat terkekang semenjak kecil jadi
ya beginilah, tahu enaknya di luar jadi susah
ngilanginnya,he..he..he
Di kota ini aku lebih sering mengendarai motor
bebekku, lebih gesit kalo mau pergi-pergi, kalau
pengen naik mobil ya tinggal nebeng saja kan
dengan lelaki. Gara-gara naik motor inilah, aku
jadi punya lelaki cadangan untuk memuaskan
dahagaku. Suatu hari aku harus ke tempat
dosenku untuk menyerahkan tugas kuliahku
yang belum kelar di daerah Kota Baru Jogja dan
aku mengambil untuk jalan Tiro untuk lebih
cepatnya dan saking terburu-burunya karena si
Dosen mau pergi , aku nggak sengaja
melanggar lampu merah padahal di perempatan
Cik Di Tiro tersebut ada pos polisi,mampuslah
aku.
Sampai di sebelah selatan Gramedia aku distop
oleh seorang anggota polisi, kutaksir usianya
masih muda, paling juga baru lulus dari Secaba
di Purwokerto. Jadilah semua surat-suratku
diperiksa dan seperti biasanya dengan Rp. 10
ribu serta bilang kalau anak kuliahan, loloslah
aku, karena aku lagi ngejar waktu begitu ku kasih
uang dan kuminta STNKnya aku langsung
tancap gas tapi sepintas dia lumayan ganteng
juga, tinggi dan tegap lagi, “Uu’uuhh… sial”
batinku, gara-gara dosen gila aku jadi kehilangan
tambahan cadangan kontol dah.
Fiiuhh.. untungnya si dosen masih keburu dan
karena capek, aku langsung aja balik ke rumah.
Sorenya, pas sehabis mandi lagi benerin jilbab
karena mo jalan ada yang ngetuk pintu
rumahku. “Kulonuwun… Assalamualaikum… ”,
pikirku mungkin temen lelakiku ada yang dateng
buat nagih jepitan dagingku, kebetulan banget
aku lagi pengen di sodok-sodok, dengan masih
memakai daster terusan kebanggaanku, aku
buka pintu. “Maaf mbak Siti Maemunah, ini
SIMnya tadi belum kebawa” kata lelaki
berseragam itu. Uups, ternyata bapak polisi tadi
yang datang. Kebetulan nih,aku lagi penasaran
pingin ngrasain kontol berseragam dan kalau
dipikir-pikir, ngapain polisi repot-repot nyari
rumahku kalau nggak pingin mencoba yang lain?
Aku jadi bergairah untuk menggodanya.
“Oohh… trima kasih pak,maaf merepotkan”
kataku, kutahu namanya Wibowo. P dari nama
di seragamnya.
Ternyata dia lumayan tinggi, sekitar 170 cm-an,
tubuh tegap dan ideal, kulit sudah mulai terbakar
matahari dan wajahnya lumayan ganteng juga
dengan kumisnya. “Panggil saja aku Mae” kataku
supaya lebih akrab. Kita ngobrol banyak hal dan
Bowo ternyata asik juga dibuat ngobrol
walaupun gayanya yang tegas kadang kelihatan.
Dan lebih kelihatan lagi saat matanya sering
melirik tetekku dan aku sempat kaget saat aku
sadar aku masih belum memakai bra jadinya
bentuk tetekku lumayan tercetak di dasterku itu.
Tapi itu membuatku jadi bertambah terangsang
pingin dientotin sama kontol lelaki berseragam.
Tiba-tiba gerimis mulai turun dan karena kita
masih di teras, aku ajak dia masuk ke dalam.
Aku sengaja mengubah posisi dudukku
sehingga pakaianku yang terusan tipis itu jadi
agak tersingkap. Pahaku yang mulus kini
sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat
duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali
mencuri pandang ke arah pahaku.
“Sebentar Wo, saya ambil teh dulu,” kataku
sambil bangkit dan berjalan ke dapur
“I..iya, Mbak..” jawab Pak Bowo agak tergagap
karena lamunannya terputus oleh kataku tadi.
Suasana sepi di rumahku ditambah dengan
dinginnya malam membuat gairahku bergejolak
menuntut penuntasan. Apa boleh buat aku harus
berhasil menggoda Bowo, apapun caranya.
Demikian tekad nakalku menari-nari dalam
kepalaku.
Setelah mengambil minuman, aku duduk
berhadap-hadapan dengan Bowo. Duduknya
semakin gelisah melihat penampilanku yang
sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya
mungkin karena tidak tahan atau karena udara
dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
“Eh.. anu, Mbak.. Boleh minta ijin ke kamar kecil,
Mae.” , “Silakan, Wo.. Pakai yang di dekat dapur
saja.” Kataku, “Baik, Mae… ” Sambil berdiri ia
membetulkan celana seragam dinasnya yang
ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang
mengganjal di sela-sela pahanya.
Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku
berjalan di depannya sebagai pemandu jalan.
Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa
dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke
dapur untuk mencari makanan kecil, sementara
di luar hujan semakin deras saja.
Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba
ada tangan kekar yang memelukku dari
belakang. Piring bakpia hampir saja terlepas dari
tanganku karena kaget. Rupanya aku salah
menduga. Bowo yang kukira tidak mempunyai
keberanian ternyata tanpa kumulai sudah
mendahului dengan cara mendekapku.
Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku
hingga membuatku merinding.
“Ma..maaf, Mbak.. say.. saya sudah tidak tahan…
” desisnya diiringi dengus napasnya yang
menderu.
Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku
menggeliat sementara tangannya yang kokoh
secara menyilang mendekap kedua dadaku.
Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.
“Pak Bowo… apa-apaan ini” suaraku agak
kukeraskan sementara tanganku mencoba
menahan laju tangan Bowo yang semakin liar
meremas tetekku dari luar gaunku.
“Ma..af, Mbaak.. say.. saya.. sudah tidak tahan
lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi
tangannya semakin liar bergerak meremas dan
kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua
puting tetekku dari luar gaun tipisku.
Perlawananku semakin melemah karena
terkalahkan oleh desakan napsuku yang
menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik
celana Bowo yang keras menekan kuat di
belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini
semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah
dinginnya malam dan derasnya hujan di luar
sana. Suasana sangat mendukung bagi setan
untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.
Tubuhku semakin merinding dan kurasakan
seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah
Bowo yang panas menerpa tulang belakangku.
Tubuhku didorong Bowo hingga tengkurap di
atas meja makan dekat dapur yang kokoh
karena memang terbuat dari kayu jati pilihan.
Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Bowo
beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua
buah pantatku.
Aku semakin terangsang hebat saat tangan
Bowo yang kasar menyusup celana dalamku
dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali
jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.
Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar. Tapi
aku senang karena ini sensasi lain..!! Kasar dan
liar… apa lagi samar-samar kucium aroma
keringat Bowo yang berbau khas lelaki! Tanpa
parfum… gila aku jadi terobsesi dengan bau khas
seperti ini.
“Aakkhhh….Bowoo… ooohh jaangg… aannhhhh”
desahku antara pura-pura menolak dan
meminta.
Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu
pada jamahan lelaki kasar macam Bowo. Bowo
yang sudah sangat bernafsu sudah tidak
mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas
dan agak kasar dijilatinya dan dikecupnya
punggungku di sana-sini sehingga membuat aku
menggeliat dan menggelepar seperti ikan
kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang
ditumbuhi kumis mulai menjilat-jilat pantatku.
“Aaa… … aakkkhh..Wo..aakhh..jang..aakkhhh”
Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan
agak kasar mulut Bowo dengan rakusnya
menggigiti dan mengecup kedua belah pantatku!!
Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu.
Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri
menahan geli saat digigit Bowo.
“Eemmmhh..pantat mbak indahh… ” kudengar
Pak Bowo menggumam mengagumi keindahan
pantatku. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya
menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat
sana jilat sini.
“Oouuucchhh… ssshhhhh… Aamm…
… .ampunnhhh” aku mendesis karena tidak
tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki
kasar yang sebenarnya harus melindungi dan
mengayomiku. Aku benar-benar pasrah total.
Liang memekku sudah berkedut-kedut seolah tak
sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan
semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala
Bowo menyeruak di sela-sela pahaku dan
mulutnya yang rakus mencium, menjilat dan
menyedot-nyedot liang memekku dari arah
belakang.
Secara otomatis kakiku melebar untuk
memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih
leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya
semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain
gila dengan lelaki berseragam. Tapi aku tak peduli
yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik!
“Ooouuucchhh… sssshhhhh… tteerussshhhh..
Oohhh, Bowoooo… … oookkkhhhh… ”
Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Bowo
menyelusup ke dalam alur sempit di
selangkanganku yang sudah sangat basah dan
menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat
mengembang karena birahi. Aku merasakan ada
suatu desakan teramat dahsyat yang
menggelora, tubuhku seolah mengawang dan
ringan sekali seperti terbang ke langit
kenikmatan. Tubuhku kelojotan menahan
terpaan gelora kenikmatan.
Bowo semakin liar menjilat dan sesekali
menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga
akhirnya aku tak mampu lagi menahan
gelombang kenikmatan itu.
“Aaaa… … aakkkkhhh… Bowoooo… ooouucchhh
aaakkkhhh… ”
Aku mendesis melepas orgasmeku yang
pertama. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku
bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya
terdiam karena lemas. Napasku masih memburu
saat Bowo melepaskan bibirnya dari gundukan
bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan
posisi tengkurap di atas sofa dengan setengah
menungging tubuhku kembali ditindih Bowo.
Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana
seragamnya karena aku merasakan ada benda
hangat dan keras yang menempel ketat di
belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku
terlalu lemas untuk bereaksi.
Beberapa saat kemudian aku merasakan benda
itu menggesek-gesek belahan memekku yang
sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda
keras itu menerobos kehangatan liang
kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa
yang kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini
aku belum pernah melihat ukuran, bentuk
maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau
warnanya kecoklatan.
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu
menyeruak masuk dalam kehangatan bibir
kemaluanku.
“Hhhkkk… … hhhhhh… … sssshhh… …
meeemm… … meeekkkkhhhh… Mbak…
Mmaaee… …nni… benar-benar legithhhh… … ”
Gumamnya di sela-sela napasnya yang
memburu. Didesakkannya batang kemaluan
Bowo ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-
lagi sensasi yang luar biasa menerpaku. Di
kedinginan dan terpaan deru hujan kami berdua
justru berkeringat…
Gila… Bowo menyetubuhiku di ruang tamu
tempat aku biasanya belajar ngaji dengan Pak
Fathoni dengan ibu-ibu disini! Dasterku tidak
dilepas semuanya, hanya disingkap bagian
bawahnya sedangkan celana dalam sudah
terbang entah kemana dilemparnya.
“Oooo… … uuukkkhhhh Bowoooo… … …
aaaahhhh… .”
Aku hanya mampu merintih menahan nikmat
yang amat sangat saat Bowo mulai
memompaku dari belakang! Dengan posisi
setengah menungging dan bertumpu pada sofa
tamu, tubuhku disodok-sodok Bowo dengan
gairah meluap-luap.
Tubuhku tersentak ke depan saat Bowo dengan
semangat menghunjamkan kontolnya ke dalam
jepitan liang memekku! Lalu dengan agak kasar
ditekannya punggungku hingga dadaku agak
sesak menekan permukaan sofa! Tangan kirinya
menekan punggungku sedangkan tangan
kanannya meremas-remas pantatku dengan
gemasnya.
Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-
olah menyambut dorongan batang kemaluan
Bowo. Pantatku bergoyang memutar
mengimbangi tusukan-tusukan kontol Bowo
yang menghunjam dalam-dalam. Suara
benturan pantatku dengan kontol Bowo yang
terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan
menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau
keringat Bowo semakin tajam tercium hidungku.
Tanpa sadar mulutku bergumam dan
menceracau liar. “Oouuhhh… … mmmpphhhh…
… terussshhh… … .. terushh… … yang kerass…
ssshhh… … ” Aku menceracau dan menggoyang
pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik
menuju puncak.
“Ggooyyaaannggghhhh… … , Mmmhh…
mmbaakkkhhh… kkkhhhheeemmm… …
mmoothhinnhhh… … ”
Kudengar pula Bowo menggeram memberiku
instruksi untuk memuaskan birahinya sambil
meremas pantatku kian keras. Batang kontolnya
semakin keras menyodok liang memekku yang
sudah kian licin. Aku merasakan kontolnya mulai
berdenyut-denyut dalam jepitan liang
kemaluanku.
Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai
orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa
melayang. Mataku membeliak menahan nikmat
yang teramat sangat. Tubuh kami terus
bergoyang dan beradu, sementara dasterku
sudah basah oleh keringatku sendiri. Bowo
semakin keras dan liar menghunjamkan
kontolnya yang terjepit erat memekku. Lalu tiba-
tiba tubuhnya mengejang-ejang dan mulutnya
menggeram keras.
“Aaarrrrggghhhh… terusshhhh, Mmbaakkhhh…
goyangghhhh… …
aaaarrrrggghhhhhh… .sshhhh… … ”
Kontolnya yang terjepit erat dalam memekku
berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan
adanya semprotan hangat di dalam tubuhku…
Ccrrroott… .ccrroottt… .crrrooottt… ..Serr.. serr..
serr… hhhaaaa… aaakkkhhhh… …
ooouuucchhh… … ..
Beberapa kali air mani Bowo menyirami rahimku
seolah menjadi pengobat dahaga liarku.
Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya
semakin keras mencengkeram dan menarik-
narik jilbabku hingga aku merasa agak sakit
dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun
seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan
pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman
kontolnya yang masih menyemprotkan sisa-sisa
air maninya.
“Ooouuuccchhhh… aaakkkkhh.. terussshhh… …
Bbhhoo… wwooo… ooookkkkkhhh…
sssshhhhh… … ”
Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta
Bowo untuk lebih kuat menggoyang pantatnya
untuk menuntaskan dahagaku.
Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-
belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar
lemas aku dibuat oleh Bowo. Kami terdiam
beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan
yang baru saja kami peroleh.
Kontolnya kurasakan mulai mengkerut dalam
jepitan memekku. Perlahan namun pasti
akhirnya kontol itu terdorong keluar dan terkulai
menempel di depan bibir kemaluanku yang
basah oleh cairan kami berdua.
Gila, banyak sekali Bowo mengeluarkan air
maninya! Aku tahu itu karena banyaknya
tumpahan air mani yang menetes dari lubang
kemaluanku ke lantai ruang tamu.
“Mbak benar-benar hebat… Saya jadi tergila-gila
sama mbak… ” bisik Bowo di telingaku. Aku
hanya diam merasakan batinku terpuaskan
hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh
seorang laki-laki yang bukan muhrimku… Aku
hanya bisa termenung tapi seluruh jiwaku
sangat menikmati batang kontolnya. Persetan
dengan aturan, toh yang membuat aturan
adalah manusia juga. Yang kurasakan adalah
bagaimana bisa merasakan permainan dunia dan
aku sudah sering keluar masuk surga ini, aku
teramat mencintai kenyamanan surga ini.
Kuremas tangan kekar Bowo yang sedang
memeluk tubuhku. Bowo dengan mesra lalu
menciumi tengkuk dan telingaku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh
Bowo yang kekar. Lalu aku meninggalkan Bowo
yang masih bugil dan lemas begitu saja untuk
bergegas ke kamar mandi untuk membetulkan
jilbabku yang awut-awutan, mencuci muka dan
memekku yang teramat lembab oleh air mani
kami tadi.
Aku keluar dari kamar mandi dengan masih
mengenakan dasterku yang sebetulnya agak
kotor kena keringat. Baru kusadari betapa
kacaunya ruang tamuku! Meja tamuku sudah
bergeser tak karuan. Sementara kulihat celana
dalamku terlempar ke sudut ruangan dekat
televisi. Bowo masih membetulkan celana
seragamnya.
“Mbak, saya.. boleh numpang mandi, Mae… ”
“Silakan, Wo.. Handuknya ada di dalam.” Aku
mengambil kain pel dan membersihkan cairan
sisa-sisa persenggamaanku dengan Bowo yang
berceceran di lantai, kalau besok pagi Mbok
Sarinem tahu bisa gawat aku. Sementara itu
Bowo mandi di kamar mandi yang baru saja
kupakai..Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan
kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa
kusadari tiba-tiba Bowo yang hanya
mengenakan handuk memelukku lagi dari
belakang.
Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!!
Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa ke
meja makan di belakang ruang tamuku ini.
“Jangan di situ, Wo… ” bisikku, “Ke kamar
tidurku aja… ”
Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan
Bowo! Apalagi aku juga teramat menyukainya.
Jadi aku menurut saja saat ia ingin
menyetubuhiku lagi…
Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidurku.
Kamar tidurku dilengkapi tempat tidur springbed,
dan kamar mandi di dalam, serta AC! Tempat
yang sama dimana aku juga sering menikmati
kejantanan lelaki.
Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya,
Bowo menurunkan tubuhku di lantai dan
bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot
bibirku. Kumisnya yang tipis terasa geli mengais-
ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya
berusaha menyusup ke dalam mulutku dan
mengais-ngais didalamnya. Tanpa sadar lidahku
ikut menyambut lidahnya yang mendesak-desak
dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut
dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau Bowo itu adalah
seorang aparat yang harusnya melindungi dan
mengayomi diriku dan walaupun aku baru
mengenalnya sore tadi tapi dengan lelaki-lelaki
yang masih asing bagiku justru ku dapatkan
gairah yang meluap-luap. Yang kutahu adalah
nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Bowo
mulai menyingkap dasterku ke atas dan
melepaskannya melalui kepalaku yang masih
berjilbab hingga aku telanjang bulat di depannya!
Gila aku telah telanjang bulat tapi masih berjilbab!!
Aku memang belum sempat memakai celana
dalam dan BH setelah mencuci memekku tadi.
Lalu dengan sekali tarik Bowo melepas handuk
yang melilit di pinggangnya hingga ia juga
telanjang bulat di depanku!
Benar dugaanku! Ternyata kontolnya berwarna
kecoklatan dengan rambut yang sangat lebat.
Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung
ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila
dijajarkan dengan senapan revolver yang biasa
dibawanya ukurannya hampir sama besarnya!!
Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang
memekku menjepit benda itu!! Aku jadi tak
merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya…
Aku tidak sempat berlama-lama melihat
pemandangan itu, karena sekali lagi Bowo
menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat
bibirku sementara tangannya meremas erat
kepala berjilbabku. Aku merasa kegelian saat
tangannya meremas-remas pantatku yang
telanjang. Aku semakin menggelinjang saat
bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua
buah tetekku yang padat menjadi sasaran
mulutnya yang bergairah!
Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat
kugambarkan. Betapa tidak! Bowo mencumbuku
dengan semangat yang begitu bergelora seolah-
oleh kucing lapar menemukan bandeng! Agak
sakit tapi nikmat saat kedua buah tetekku secara
bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh
mulut dan lidahnya.
Tanganku pun dibimbing Bowo untuk
dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak
menjulang.
“Oouucchhh… ssshhhhh… niikmaatthhhhh… ”
Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Bowo
yang panas dengan liar mempermainkan puting
tetekku yang sudah mengeras. Sambil masih
tetap memeluk tubuhku dan menciumi tetekku,
Bowo duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari tetekku dan
kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya.
Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang
Bowo yang sudah duduk di kasur springbedku,
aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Tetekku
yang kencang menjepit batang kontolnya yang
kecoklatan dan keras itu!
“Hhhaaahhhh… sssshhh… .”
Bowo mendesis saat batang kontolnya yang
besar dan kecoklatan itu terjepit tetekku.
Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan
ditekankannya hingga tetekku semakin erat
menjepit batang kontolnya. Aku merasa kegelian
saat bulu-bulu kemaluan Bowo yang sangat
lebat menggesek-gesek pangkal tetekku. Apalagi
batang kontolnya yang keras terjepit di tengah
belahan kedua buah tetekku, hal ini menimbulkan
sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku tidak sempat berlama-lama merasakan
sensasi itu saat tangan Bowo yang kokoh
menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya
kepalaku ke arah kontolnya, sementara tangan
satunya memegang batang kontolnya yang
berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia
menginginkan aku untuk mengulum kontolnya.
Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan
kujilati batang kontol Bowo yang mengkilat. Gila
besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat
dimasuki benda itu.
“Aarrggghhhhh… … ter… … terushhh,
Mbbaakkhhh… ”
Mulut Bowo mengoceh tak karuan saat
kumasukkan kontolnya yang sangat besar itu ke
dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung
kontolnya hingga ia mendesis-desis seperti
orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan
Bowo terus memegangi dan meremas gemas
kepalaku yang masih berjilbab seolah takut kalau
aku akan menarik kepalaku dari
selangkangannya.
Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai
tangan Bowo dan kulepaskan cengkeramannya
dari kepalaku yang masih berjilbab. Setelah itu,
sambil mulut dan tanganku terus bekerja
memanjakan kontolnya, mataku senantiasa
menatap sendu mata Bowo. Sesekali aku pun
melempar senyum genitku padanya jika
mulutku sedang tak dipenuhi oleh kontolnya.
Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan
padanya.
“Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan
kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus
memanjakan kontolmu yang besar dan panjang
ini dengan mulut dan kedua tanganku… .”
Bowo pun jadi lebih santai dan menikmati
pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh
hasrat yang menggelora, bisa merasakan kontol
seorang aparat penegak hukum.
Tidak puas bermain-main dengan batang
kontolnya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah
menyusuri guratan urat yang memanjang dari
ujung kepala kontolnya hingga ke pangkalnya.
Bowo semakin blingsatan menerima layananku!
Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku
menyedot kedua biji telor Bowo secara
bergantian.
“Mmbb… mbaakk… … hheeb… … baathhh…
ooohhh… sssshhh.. aakkkhhhhh… … ”
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya
menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku
sesekali mengais-ngais anus Bowo yang
ditumbuhi rambut. Bowo semakin membuka
kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa
memuaskannya.
Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Bowo
dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku
ditindih tubuh telanjang Bowo. Kakiku
dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya.
Otomatis kontolnya kini terjepit antara perutnya
sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya
hingga kontolnya semakin ketat menempel di
belahan pantatku.
Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya
kembali menyibak kain jilbabku dan menyusuri
tulang belakangku dari leher terus turun ke
punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Bowo kini
mempermainkan lubang anusku. Aku
merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku
tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya
kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati
gairahnya…
Aku tahu Bowo melakukan itu karena aku pun
telah melakukan hal yang sama padanya
barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan
balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat
berterima kasih pada Bowo karena aku pun kini
dapat menikmatinya.
Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan
seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar
ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya
seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar
gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Bowo
membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku
terlentang di tempat tidur. Kakiku
dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi
menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-
hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh
kekarnya.
Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku.
Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di
belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian.
Bibir Bowo dengan ganasnya menyedot-nyedot
daerah itu sambil sesekali menyentil, menggigit
dan menarik-narik lembut kain jilbabku dengan
giginya.
“Jang… jang… aannhh dimerah ya, Wwoo… ”
erangku memohon padanya.
“Tidak.. Mbak… . saya cuma gemasss!!” desis
Bowo sambil tetap menjilati bagian belakang
telingaku.
“Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal
sambil tiba-tiba menyedot tetekku.
“Aaaauuwwww… … ” jeritku terkejut karena
gerakannya yang tiba-tiba.
Rupanya Bowo dengan sengaja meninggalkan
cupangan merah yang banyak di seputar kedua
tetekku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai
bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya
juga… Aku kegelian dan semakin bertambah
horny karena aksinya itu.
Sementara itu tangannya terus bergerak liar
meremas tetekku bergantian. Aku semakin
mendesis liar saat mulutnyadengan liar dan
gemas menyedot tetekku bergantian. Kedua
puting tetekku dipermainkan oleh lidahnya yang
panas sementara tangannya bergerak turun ke
bawah dan mulai bermain-main di
selangkanganku yang sudah basah. Liang
memekku berdenyut-denyut karena terangsang
hebat, saat jari-jari tangannya menguak labia
mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di
dinding lubang memekku yang sudah semakin
licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan
liar mulutnya menggigit-gigit perut bagian
bawahku yang masih rata. Perutku memang
rata karena aku rajin berlatih kebugaran atau
sekedar joging di sekitar kampusku.
“Aaakkkhhhh… Wwooo… ooouuucchhhhh…
ssshhhh… .” Aku mendesis saat bibir Bowo
menelusuri gundukan bukit memekku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di
selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat
lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar
seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di
sana.
Tubuhku tersentak saat lidahnya yang panas
menyusup ke dalam liang memekku dan
menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku
dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Bowo
bebas menempel gundukan memekku. Rasa geli
yang tak terhingga menderaku. Apalagi
kumisnya yang tipis kadang ikut menggesek
dinding lubang memekku membuat aku
semakin kelojotan dibuatnya.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat
wajahnya dengan giat menggesek-gesek bukit
memekku yang terbuka lebar. Perutku serasa
kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku
sendiri karena menahan nikmat yang teramat
sangat.
“Aaakkkhhh… … … Boo… woooohhhh…
aakk… .kkkuuuuu… … oookkkhhhh… ssshhh… .”
Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena
aku sudah keburu orgasme saat lidah Bowo
dengan liar menggesek-gesek kelentitku.
Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku
tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih
lengannya yang kokoh.
Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak
bertulang saat kedua kakiku ditarik Bowo hingga
pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua
kakiku menjuntai ke lantai. Bowo lalu
menguakkan kedua kakiku dan memposisikan
dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih
terengah-engah tak berdaya di bawahnya.
Sebuah senyum kemenangan karena ia telah
berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun
tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu
oleh seorang lelaki. Maka aku pasrah saja
membiarkannya berbuat apa pun yang
disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada
diriku sekarang.
Kemudian ia mencucukkan batang kontolnya
yang sudah sangat keras ke bibir memekku
yang sudah sangat basah karena cairanku
sendiri.
Aku menahan napas saat Bowo mendorong
pantatnya hingga ujung kontolnya mulai
menerobos masuk ke dalam jepitan liang
memekku. Secenti demi secenti batang
kontolnya mulai melesak ke dalam jepitan liang
memekku. Aku menggoyangkan pantatku untuk
membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya Bowo sangat berpengalaman dalam hal
seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru
melesakkan seluruh kontolnya tetapi
dilakukannya secara bertahap dengan diselingi
gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong
maju lagi hingga tanpa terasa seluruh kontolnya
sudah terbenam seluruhnya ke dalam
memekku.
Bibir Bowo memagut bibirku dan akupun
membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan
betapa kontol Bowo yang terjepit dalam
memekku mengedut-ngedut.
Kami saling berpandangan dan tersenyum
mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Bowo
menarik batang kontolnya dari jepitan liang
memekku.
“Aaakkkhhhh… ” aku menjerit tertahan.
“Enak, Mbak… ?” bisiknya.
“Kamu nakal Woohhh… oohhh… ”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku,
Bowo mendorong kembali pantatnya kuat-kuat
hingga seolah-olah ujung kontolnya menumbuk
dinding rahimku di dalam sana.
Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara.
Bibirku kembali dilumatnya sementara memekku
digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat
dari kontolnya yang besar.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran tetekku
yang dijadikan sasaran lumatan bibir Bowo.
Kedua puting tetekku kembali dijadikan bulan-
bulanan lidah dan mulut Bowo.
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir
orgasme lagi. Kulihat Bowo masih belum apa-
apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Aku
paling suka kalau posisi di atas sehingga saat
orgasme bisa merasakan kenikmatan yang
penuh. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan
sesuatu di telinga Bowo.
“Giliran aku di atas, Sayang… .”
Gila… ! Aku sudah mulai sayang-sayangan
dengan polisi muda itu!
Bowo meluluskan permintaanku dan
menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa
melepaskan kontolnya dari jepitan memekku, ia
menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku
sudah berada di atas tubuhnya.
Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di
sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku
mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula
gerakanku maju mundur lalu berputar seperti
layaknya goyangan para penyanyi dangdut.
Kulihat matanya mulai membeliak saat batang
kemaluannya yang terjepit dalam liang
memekku kuputar dan kugoyang. Pantatnya
pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Ssshhh… oouuugghhh… terusshhh…
Mmbaakk… aarrgghhhh… !”
Bowo mulai menggeram. Tangannya yang
kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut
membantu menggoyangnya.
Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun
semakin menderu seolah menyaingi gemuruh
hujan yang masih turun di luar sana.
Cengkeraman tangan kekarnya semakin kuat
menekan pantatku hingga aku terduduk di atas
kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek
batang kontolnya hingga aku tak dapat menahan
diri lagi.
Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku
tersentak-sentak ke belakang saat puncak
orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai.
Tubuhku mengejang kuat di atas perut Bowo.
Ada semacam arus listrik yang menjalar dari
ujung kaki hingga ke ubun-ubun. Akupun
menggeliat tak karuan.
“Aaaakkkkkhhhh… … … ooookkkkhhhh… ter… …
rruussshhhhhh… , Wwooo… ooouukkkhhh… …
aakhhh… aakkhh… aakkhh… … sssshhhhh… … ”
Aku menggelinjang dan menjerit melepas
orgasmeku meminta Bowo untuk semakin kuat
memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar
ambruk di atas perut Bowo. Tulang belulangku
seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga.
Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat
beban yang begitu berat.
Aku hanya pasrah saat Bowo yang belum
orgasme mengangkat tubuhku dan
membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan
beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di
atas bantal. Kemudian Bowo menempatkan diri
di belakangku. Dicucukkannya kontolnya di
belahan memekku dari belakang. Rupanya ia
paling menyukai kalau aku menungging.
Setelah tepat sasaran, Bowo mulai menekan
pantatnya hingga kontolnya amblas tertelan
memekku. Ia diam beberapa saat untuk
menikmati sensasi legitnya jepitan liang
memekku. Dengan bertumpu pada kedua
lututnya, Bowo mulai menggenjot memekku
dari arah belakang.
Kembali terdengar suara beradunya pantatku
dengan tulang kemaluannya yang semakin lama
semakin cepat mengayunkan pantatnya maju
mundur. Kurang puas dengan jepitan memekku,
kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya
hingga kedua kakiku berada diantara kedua
pahanya.
Kembali ia mengayunkan pantatnya maju
mundur. Aku merasakan betapa jepitan
memekku kian erat menjepit kontolnya. Aku
bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti
gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat
untuk kulawan hingga aku pasrah saja.
Aku benar-benar dibawah penguasaannya
secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang
seiring dengan ayunan kontolnya yang
menghunjam keras ke dalam memekku.
Nafsuku mulai terbangkitkan kembali. Perlahan-
lahan gairahku meningkat saat kontolnya
menggesek-gesek kelentitku.
“Uugghhh… uugghh… uuukkhhh… ”
Terdengar suaranya mendengus saat memacu
menggerakkan pantatnya menghunjamkan
kontolnya.
“Terusshhh… terusshhhh… .,Wwoo…
geenjooothhh… yyaangg… …
kkkhheerrr… .rrraasss… … ssshhhh… …
aarrrrggggghhhhhh… aakkhh…
aakkhh… .aakkhh… ooowwwhhhhh… …
ssssstttthhhh… .sseerrr… .sseerrrr… ”
Kembali tubuhku menggelepar melepas
orgasmeku. Kepalaku terdongak ke belakang,
sementara Bowo tetap menggerakkan kontolnya
dalam jepitan memekku sambil tangan kanannya
menjambak jilbabku, meremasnya kuat-kuat
sedang tangan kirinya meremas kuat tetekku.
Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku.
Kepalaku yang terdongak ke belakang
didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap
menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku
yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut
memutar pantatku untuk meraih kenikmatan
lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan
bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah
sudah berapa kali aku kelojotan mencapai
orgasme selama bersetubuh dengannya.
Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat
ngentotin aku pertama tadi.
Tubuhku terasa lemas sekali. Aku sudah tidak
mampu bergerak lagi. Bowo melepaskan
kontolnya dari jepitan memekku dan
mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua
pahaku lebar-lebar lalu kembali Bowo
menindihku.
Memekku yang sudah sangat licin disekanya
dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur.
Kemudian ia kembali menusukkan kontolnya ke
bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti
gayanya tadi dikocoknya kontolnya hingga
sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam
kehangatan liang memekku. Tubuh kami yang
sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
“Boowwooo… kkaammuu… hebatthhh..”
bisikku.
Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena
lagi-lagi bibirnya sudah melumat bibirku dengan
ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong
sementara pantatnya kembali menggenjotku
sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul
tenggelam dalam busa springbed yang kami
gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Bowo semakin
jelas menunjukkan napsunya sudah mulai
meningkat. Napasnya semakin mendengus
seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak
mampu lagi mengimbangi gerakannya.
“Uuggh… ugghh… uuukkhhhh… ”
Dengus napasnya semakin bergemuruh
terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat
melumat bibirku. Lalu kedua tangannya
menopang pantatku dan menggenjot memekku
dengan tusukan-tusukan gencar kontolnya. Aku
tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun
menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa
tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit
bibirku dan menghunjamkan kontolnya dalam-
dalam ke dalam dasar liang memekku.
Ccrroot… crroott.. ccrrott… croottt.. cccrrroottt…
“mmpphhh… ooookkkhhh… hhaahh… haahh…
aaakkhhh… .” Desahnya. Ada lima kali mungkin
ia menyemprotkan spermanya ke dalam
rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat
seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku.
Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu
bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat
yang baru kami raih. Kontolnya yang masih
kencang tetap menancap erat ke dalam
memekku. Keringat kami melebur menjadi satu.
Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan
dengan kontolnya tetap tertancap dalam liang
kenikmatanku.
Hampir pagi ia membangunkanku untuk pamit
pulang karena ia harus ikut apel pagi di
kantornya. Sebelum pergi, Bowo sempat
melumat hangat bibirku. Ohhh… nikmatnya
kontol polisi muda ini, membuat aku ingin
menikmatinya kembali.
III
Sudah hampir dua minggu sejak
persetubuhanku dengan Bowo kami tidak
melakukannya lagi. Selama itu aku kadang
menikmati kontol-kontol teman kampusku tapi
tidak ada yang membuatku menggelepar seperti
Bowo. Duh,aku begitu bernafsu ingin merasakan
kehangatan dan keganasan kontolnya kembali.
Lama-lama aku merasa kangen juga dengan
pistol gombyoknya (kontol,bhs prokem
jogja.red). Aku sudah merindukan keliarannya,
bau keringatnya dan juga kejantanannya.
Sabtu itu kuberanikan datang ke pos polisi dekat
gramedia jogja untuk mencari tahu, tidak ada
satupun polisi disitu yang menatapku heran
karena aku memakai jaket angkatan yang
bertuliskan almamaterku, kemeja panjang
dengan tetap berjilbab jadinya kelihatan
musilamah dan alim banget kan?ha..ha.. tetapi
sayangnya dia lagi nggak bertugas di pos itu.
Kata salah satu polisi tua disitu katanya saat ini
dia lagi tugas jaga di pos Janti. Dengan
mengucap terima kasih, akupun langsung
meluncur ke pos jaga di Janti dan ternyata
sesampainya di situ memang kulihat ada dua
motor laki-laki. Aku pun langsung masuk ke
dalam tetapi Cuma ada satu polisi yang sudah
lumayan berumur. Dia mengatakan kalau Pak
Bowo mungkin lagi istirahat di belakang pos
karena sehabis tugas malam tadi, tanpa curiga
karena dandananku yang kelihatan sholekah
bapak itu menyuruhku langsung saja ke
belakang. Pos jaga di sini memang menempel
dengan rumah dibelakangnya yang oleh
pemiliknya digunakan untuk titipan parkir
mahasiswa yang mau pulang kampung dengan
bus.
Bangunan itu nggak begitu besar, di ruang tamu
dan terasnya sudah dijadikan tempat titipan
motor terbukti banyak motor berbagai jenis
yang ada di situ. Oleh penjaga disitu aku disuruh
langsung ke belakang lewat celah samping
rumah. Dengan penasaran aku masuk lewat
samping rumah itu dan begitu aku menemukan
pintu lagi aku masuk ke dalamnya yang ternyata
sebuah ruang makan yang menyatu dengan
dapur dan kamar mandi di sebelahnya dan
sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di
kamar mandi yang terletak di sudut belakang
rumah.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu pop
dengan suara fals. Itu suara Bowo yang sangat
kukenal di telingaku. Ku duduk di salah satu kursi
panjang di situ sambil minum air yang sudah
kubawa dari rumah. Bowo yang hanya berbalut
handuk tampak kaget melihatku ada disitu. Tetapi
kemudian dia tersenyum nakal mengetahui
tujuan kedatanganku apalagi tiga kancing kemeja
lengan panjangku sudah ku lepas dari tadi karena
merasa agak gerah juga sehingga belahan
dadaku lumayan mengintip dan rupanya
memancing gairahnya.
Tanpa banyak kata Bowo berjalan menutup
pintu kayu samping tadi dan menguncinya.
Begitu pintu ditutup, Bowo langsung memeluk
tubuhku dari belakang. Disibakkannya kain
jilbabku lalu diciuminya tengkukku dengan ganas
seperti biasanya.
“Saya.. kangen sama Mbak Mae… ” bisiknya di
telingaku.
Aku sendiri juga kangen dengan cumbuannya
dan kangen dengan senapan revolvernya,
bahkan birahiku sudah mulai meledak-ledak tadi
saat melihatnya Cuma memakai handuk dan aku
sudah nggak sabar untuk merasakan daging
kerasnya lagi di dalam memekku.
Tangannya yang terampil segera melepas jaket
angkatan yang ku pakai dan melemparkannya ke
kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi
tengkukku hingga membuatku menggerinjal
karena geli. Ia tahu benar kelemahanku.
Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu
tangannya melepas sisa kancing baju kemejaku
satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi
tempat ia melempar jaketku tadi.
Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta
dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan
dan gigitan-gigitannya yang membuatku
kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya
kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang
kekar menyusup ke dalam kutangku dan
meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan
lincah memainkan dan memilin-milin kedua
puting tetekku.
Setelah puas, dilepasnya kutangku dan
dilemparkannya jadi satu dengan kemejaku tadi.
Kini aku hanya mengenakan celana panjang
sementara tubuh atasku sudah terbuka sama
sekali. Jilbabku sama sekali tidak dilepasnya
karena menurutnya membuatku lebih kelihatan
cantik dan itu membuatnya sangat bergairah
bisa bercinta dengan perempuan yang masih
berjilbab.
Jilatan lidahnya terus merangsek seluruh
punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang
yang sedang kelaparan mendapatkan makanan
lezat. Kumisnya yang tipis dan jarang terasa geli
menggesek-gesek kulit punggungku.
“Jangan di sini, Wwoo… oohhhhh… ”
Aku yang sudah mulai terangsang masih
mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di
dapur yang keliahatan jarang dibersihkan itu.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku
masuk ke kamar satu-satunya yang ada di
ruangan itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti
di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah
agak kumal yang terhampar di lantai yang
dilapisi karpet plastik serta meja kecil untuk
tempat minuman, mungkin ruangan ini
digunakan jika para polisi itu mengantuk atau
membawa gadis-gadis yang pengen mereka
nikmati waktu tugas jaga malam. Tubuhku
didorong hingga punggungku memepet tembok
tanpa plester di kamar itu. Kali ini bibirku
langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya
bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke
dalam mulutku mencari-cari lidahku.
Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-
serangannya. Apalagi kedua tetekku diremas-
remas dengan ganas oleh tangannya yang
kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku
ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas.
Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang
mendengus-dengus menerpa kulit leherku
membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari
leher, bibirnya terus turun ke bawah dan
berhenti di dadaku. Sekarang giliran tetekku yang
dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya.
Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-
ngilik tetekku. Aku merasa semakin terangsang
dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok,
celanaku dilucuti oleh tangan terampilnya. Aku
membantunya melepas celana panjangku
dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-
jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik
handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia
telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak
mengenakan celana dalam!! Kontolnya yang
panjang, besar dan berwarna kecoklatan gagah
nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan
kelihatannya.
Tanpa disuruh, tanganku pun segera
menggenggam kontolnya dan meremas serta
mengurutnya.
“Oouugghhh… ssshh… terusshhhh, Mmaaee… ”
desahnya, kini ia berani memanggil namaku
saja.
Bowo mendengus keenakan saat kuremas-
remas gemas dan kuputar-putarkan tanganku di
kontolnya yang membuat aku tergila-gila.
“Aaakkkhhh… oouuccchhhhhh… .”
Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat
kurasakan tangannya menyusup ke dalam
celana dalamku dan meremas-remas gundukan
memekku yang sudah basah. Tidak Cuma itu…
jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah
memekku dan mempermainkan tonjolan kecil di
celah memekku. Aku semakin liar bergoyang
saat jari-jarinya semakin masuk ke dalam liang
memekku. Rasanya liang memekku semakin
basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.
Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan
rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini
bergerak ke belakang dan meremas buah
pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke
arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek
pusarku membuat aku kembali terangsang
hebat. Tiba-tiba Bowo melepaskan tanganku dari
batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku
yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana
dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah
hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku
membantunya melepaskan satu-satunya
penutup tubuhku selain jilbabku tentu saja dan
menendangnya jauh-jauh.
Kini mulutnya sibuk menggigit dan menjilat
daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku
lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap
selangkanganku. Dengan bersimpuh Bowo
mulai menjilati labia mayoraku sementara
tangannya meremas pantatku dan menekannya
ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk
ke bukit kemaluanku.Aku hanya bisa merintih saat lidahnya
menyeruak ke dalam liang memekku yang
sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke
selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam
menyeruak ke dalam memekku. Aku semakin
menggelinjang saat lidah Bowo dengan nakalnya
mempermainkan kelentitku. Sesekali ia
menyedot kelentitku dan menyentil-nyentil
kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai
mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-
aduk karena harus menahan kenikmatan.
Bowo sudah tidak peduli dengan keadaanku
yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya
bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di
ujung atas liang memekku. Akhirnya aku tak
mampu menahan gempuran badai birahi yang
melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku
membeliak menahan nikmat yang amat sangat.
Tubuhku melayang…
“Aaaaakkkhhh… .hhhhh… … teerrr… …
ruusssshhhhhh… ssshhhh… … aakkhh…
aaakkhhhh… … ”
Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik
puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang
meledak di dalam sana. Tubuhku melemas
seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar
dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu
bergerak lagi.
Bowo lalu berdiri di hadapanku.
“Bagaimana, Mae..?” bisiknya di telingaku.
“Oohhh… luar biasa… kamu hebbb … bathh,”
desahku.
Masih dengan posisi berdiri dengan aku
menyandar dinding, Bowo menyergap bibirku
lagi. Bowo menempatkan dirinya di antara kedua
pahaku yang terbuka lalu dicucukkannya batang
kontolnya ke lubang memekku yang sudah
sangat basah. Dengan tangannya Bowo
menggosok-gosokkan kepala kontolnya ke
lubang memekku. Tubuhku kembali bergetar.
Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kontolnya
menggesek-gesek tonjolan kecil di memekku.
Dengan perlahan Bowo mendorong pantatnya
ke depan hingga kontolnya menyeruak masuk
ke dalam liang kenikmatanku.
“Hhmmmhhhh… … hhhhhhhhh… … ”
Hampir bersamaan kami mendengus saat
kontolnya menerobos memekku dan
menggesek dinding liang memekku yang sudah
sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling
mendorong dan saling melumat. Tubuhku
tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan
pantatnya. Bowo terus menekan dan
mendorong pantatnya menghunjamkan
kontolnya ke dalam memekku dengan posisi
berdiri.
Entah karena kurang leluasa atau kurang
nyaman, tiba-tiba Bowo mencabut batang
kontolnya yang terjepit liang memekku. Ia
membalikkan tubuhku menghadap dinding dan
ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku
sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan
menopang tembok. Dibentangkannya kedua
kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya kontolnya
yang keras itu ke memekku dari belakang. Kali ini
gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.
Kedua tangannya meremas dan memegang erat
pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju
mundur. Kontolnya semakin lancar keluar
masuk liang kenikmatanku yang sudah sangat
licin.
“Ughh… .uugghhh… uuugghhhh… … ” Kudengar
Bowo mendengus-dengus seperti kereta sedang
menanjak.
Aku pun mengimbangi gerakan ayunan
pantatnya dengan sedikit memutar pantatku
dengan gaya ngebor.
Napasnya semakin menderu saat kulakukan
gaya ngeborku. Kontolnya seperti kupilin dalam
jepitan liang memekku. Nafsuku yang sudah
terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan
kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin
menekan. Kugoyang pantatku semakin liar
menyongsong sodokan gencar kontol Bowo.
“Terusss… Mmaaee… terusshhh… ” Bowo
mendesis-desis dan tangannya semakin kuat
mencengkeram pantatku membantuku
bergoyang semakin kencang.
“Aaarrrgggghhhh… … aarrrgghhhhhh… .
aakkkhhh… … ssay… .sssaayaaa…
… .keluaaarrrrhhh,Mmaaee… …
eessssshhhhh… .Hhhhhhhh… … ”
Kudengar Bowo menggeram saat kontolnya
mengedut-ngedut dalam jepitan memekku. Aku
pun merasa sudah di ambang puncak
kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin
liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke
belakang menyongsong tusukan Bowo hingga
kontolnya melesak sedalam-dalamnya seolah-
olah menumbuk mulut rahimku. Aku seperti
melayang begitu puncak kenikmatan itu datang
mengaliri sekujur tubuhku.
“Oooouuuccchhhh… .ssshhhhhh… .aakhh…
aakkhh… aaakkkhhhh… .” Baru saja aku
menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan
cairan hangat dari kontolnya di dalam liang
memekku.
Ccrrraattt… crrooott..crrrruutt…
cccrroooottt..crott..!! “Uughhh… ugghh…
hhaahhh… hahhh… aaaahhhh… ”
Banyak sekali cairan sperma Bowo yang
tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian
menetes ke karpet plastik kamar tidurnya.
Kami tetap terdiam sambil mengatur napas.
Tangannya memeluk dadaku dan kontolnya
masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-
sisa air mani ke dalam liang memekku. Akhirnya
kami berdua menggelosor ambruk ke kasur
kumal itu.
Kami berbaring dengan Bowo masih memeluk
tubuhku dari belakang. Kontolnya yang sudah
terkulai menempel di belahan pantatku.
Kurasakan ada semacam cairan pekat yang
menempel ke pantatku dari kontolnya. Aku tak
tahu dengan kain apa Bowo menyeka memekku
untuk membersihkan cairan sperma yang
menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas
untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur
kelelahan setelah digempur habis-habisan
olehnya.
Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di
kasur itu. Aku tersadar saat ada sesuatu benda
lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik
aku terkejut ternyata benda yang memukul-
mukul bibirku tadi adalah kontolnya yang sudah
setengah ereksi.
Ternyata ia sedang berjongkok dengan
mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi
batang kontolnya sambil dipukul-pukulkannya
pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku
terbangun, serta-merta Bowo memegang
bagian belakang kepalaku yang masih berjilbab
dan mencoba memasukkan kontolnya ke dalam
mulutku. Aku menjadi gelagapan karena
bangun-bangun sudah disodori batang kontol
laki-laki!! Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan
lain kecuali menyambutnya dengan mulut
terbuka… Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja
aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit
demi sedikit batang kontol itu semakin mengeras
dalam kulumanku.
Beberapa saat kemudian Bowo membalikkan
posisinya. Kontolnya masih kukulum dengan liar
kemudian ia menundukkan tubuhnya dan
wajahnya kini menghadap selangkanganku.
Dibentangkannya kedua pahaku kemudian
lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat
gundukan memekku. Aku semakin gelagapan
karena merasa kegelian diselangkanganku
sementara mulutku tersumpal kontolnya yang
mulai membesar dan mengeras.
Aku ikut menyedot kontolnya saat Bowo
menyedot kuat memekku. Kami saling menjilat
dan menyedot kemaluan kami masing-masing
dengan posisi wajah Bowo menyeruak ke
selangkanganku dan wajahku dikangkanginya.
Aku semakin menggelinjang liar saat lidahnya
mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk
kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang
dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya
dimasukkan dalam-dalam ke lubang memekku.
Aku tak mampu menjerit karena mulutku
tersumpal kontolnya yang teramat besar dan
keras.
Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan
yang menyergapku. Bowo dengan ganas
menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang
kenikmatanku dengan kedua tangannya
membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah
berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas
perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan
kelojotan seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku
tersentak selama beberapa saat dan akhirnya
terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan
cepatnya.
“Mmmmhhhhhh… … eeehhhhhmmmm… … ”
Bowo masih membiarkan kontolnya
menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya
menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku
mulai dapat mengatur napasku, Bowo
menggulingkan tubuhnya ke samping dan
menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia
bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk
beberapa bantal di belakang punggungnya
hingga posisinya kini setengah duduk.
Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya
lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya
kontolnya ke lubang memekku. Dengan pelan
aku menurunkan pantatku hingga batang
kontolnya secara perlahan melesak ke dalam
jepitan liang memekku. Aku menahan napas
menikmati gesekan batang kontolnya di dinding
lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan
yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh
kontolnya ke dalam memekku.
Kini aku duduk di atas perut Bowo yang
setengah duduk dengan punggung diganjal
bantal. Dengan tangan bertumpu dinding
tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan
pantatku secara perlahan. Sementara itu
tangannya mencengkeram pantatku membantu
menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya
sibuk menetek dan memilin-milin putting
tetekku, tak ketinggalan lidahnya disentil-
sentilkannya dengan teratur pada putingku yang
semakin mengeras.
Posisi di atas merupakan salah satu posisi
favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat
mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah
sensitifku dengan kontol laki-laki yang menancap
keras di memekku.
“Aaaa… … aaakkkkhhhhh… sssshhh… teerrr…
rruuushhh… … Wwooo…
ooouucchhhh… .hhhhhkkk… ”
Aku mendesis-desis saat Bowo ikut
mengimbangi goyanganku sambil kedua
tangannya menekan kedua tetekku hingga kedua
putingku masuk ke dalam mulutnya. Kedua
putingku dijilat-jilat dan disedot-sedot secara
bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat
secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan
pantatku di pangkuannya. Tubuhku kembali
menggelinjang-gelinjang tak karuan dan
kelojotan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh… … teee… rrrusshhh …
oooouuuccchhh… … aaauuuhhhh… …
aaaaakkkkhhhhhhh… … hhhooohhh… ”
Aku semakin liar mendesis saat kurasakan
sesuatu meledak-ledak, kuremas kuat
rambutnya. Ssseerrrrrr… … “Hhhh… hhaahhhh…
hhhaaahhh… …
mmmhhhhh… .aaaahhhhhh… .oookkhhh… .yyyaaaa… ..
sssshhhhhh… … .” Tubuhku terasa terhempas ke
tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada
Bowo.
Bowo lalu bangkit dan berganti menindihku
dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya
dari jepitan memekku. Bantal yang tadi
mengganjal punggungku ditaruhnya untuk
mengganjal pantatku hingga gundukan
memekku semakin membukit. Aku yang sudah
lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan
kontolnya yang teramat keras.
Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan
pantatnya dengan mantap memompa
kontolnya, menusuk-nusuk memekku dengan
cepatnya. Kedua tangannya mengganjal
bongkahan pantatku hingga tusukannya
kurasakan sangat dalam menumbuk rahimku.
“Uugghh… ugghhh… putarrrhhh… Mmaaee…
eeekkhhh… … puttaa… … aarrrhhh…
uuugghhhhh… ”
Kudengar Bowo mendengus memerintahku
memutar pantatku.
Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku
dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
“Terruuussshhhhh… … terrusss… … ssshhhhh…
teerrr… oouugghhhh… … .!!”
Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang
tubuh Bowo berkelojotan. Tubuhnya tersentak-
sentak dan hunjaman kontolnya serasa
menghantam sangat dalam karena didorong
sekuat tenaga olehnya. Jilbabku diremas dan
digenggamnya dengan kuat. Batang kontolnya
berdenyut-denyut cepat dalam jepitan liang
memekku.
Crottt… crott..crott… sseeerrrrr… …
“Aaaarrgggghhhhh… … aaaakkhhh… aakkhh…
aakkhh… hhhhhhh… … ”
Kontolnya menyemburkan cairan kenikmatan ke
dalam memekku. Aku merasa ada desiran
hangat menyembur beberapa kali dalam lubang
kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuhnya
masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu
akhirnya terdiam.
“Oouughhhh… Mbbaakkh… Mmaa…
aaee… .hhhh… hebattthhhh… ” bisiknya di
telingaku dengan napas yang masih ngos-
ngosan.
Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh
telanjangku. Kontolnya dibiarkannya tertancap
erat dalam jepitan liang memekku. Kami berdua
sama-sama diam menikmati sisa-sisa
kenikmatan yang baru saja kami raih.
Hari sudah semakin siang saat aku bangun dari
kasur. Aku kaget saat mau kupakai celana
dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang
masih menempel. Rupanya tadi Bowo menyeka
lubang memekku dengan celana dalamku! Sialan
juga, terpaksa aku tidak memakai celana dalam.
Dengan memakai celana dan baju kemejaku aku
keluar ke kamar mandi dan cebok
membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa
lendir sehabis persetubuhan dasyat tadi.
Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan
celanaku saat tiba-tiba Bowo yang hanya dililit
handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum
selesai membenahi celanaku lagi-lagi Bowo
merangsekku di kamar mandi yang kelihatan
kuno itu.
Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut
lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya
dengan ganas dan rakus menyibak jilbabku,
menjilat dan mencumbu daerah belakang
telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.
Melihat aku sudah dalam genggamannya,
dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang
bulat. Batang kontolnya yang sudah setengah
keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku
sengaja menekan pantatku mundur hingga
menggencet batang kontolnya semakin
terbenam di antara kedua belah buah pantatku.
Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga
lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.
Setelah keras, dicucukkannya kontolnya ke celah-
celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu
digesek-geseknya ujungnya ke alur sempit itu
yang sudah mulai basah.
Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya
menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan
Bowo menggenjotku lagi dengan posisi berdiri.
Aku harus bertumpu pada bak mandi yang
terbuat dari gentong tanah sambil setengah
nungging sementara Bowo menggenjotku dari
belakang sementara tangan kanannya dengan
liar meremas-remas tetek kananku dan tangan
kirinya menarik dan menjambak kuat kain
jilbabku sambil sesekali jari-jari tangannya
dimasukkan ke dalam mulutku, aku menghisap
jari kekar itu dengan kuat sambil lidahku aku
mainkan sama seperti waktu aku mengenyot
kontolnya.
Dengan cepat ia menyodok-nyodokkan
kontolnya yang besar itu ke dalam memekku ,
sambil kedua tangannya meremas dan
memlintir kedua tetekku yang sudah menegang.
Aku yang sudah diamuk birahi yang teramat
dalam hanya bisa mengelinjang tak karuan.
Akupun mendesah hebat tiap kali sodokan
kontolnya yang begitu besar menghantam
rahimku yang terdalam. Aku Cuma bisa
mengerang kenikmatan sambil menggigit bibir
bawahku, saking cepatnya sodokan kontolnya
aku tidak bisa lagi menahan gelombang
kenikmatan yang mulai datang menderu dan
untuk kesekian kalinya aku menggerinjal,
tubuhku melengkung dan kepalaku yang
berjilbab terdongak ke atas. Nikmat sekali.
Ssserrrr… … ssseerrrrr… …
“Aaaaaa… … aaakkhhhhhhh… … aaakkuuu…
kkkeeell… … llluuuaaarrrr… …
wooo… Okkkhhhhh… … akh… akh… aakkhhh… …
ssshhhhhhh… hhhhhhhh… … ” Lolongku
panjang
Melihatku berkelojotan dan mendesah-desah,
membuat Bowo semakin bergairah
mempercepat tusukan kontolnya, kontol itu
menghujam rahimku lebih cepat dan akhirnya
kesekian kali ia tusukkan teramat dalam kontol
panjangnya ke dalam rahimku sembari
menekankan pinggulku kuat-kuat ke arah
pinggangnya. Ccrrooottttt… … croooooot…
ccrroott…
“Uuugghhhhhhh… … hhaaahhhhh… …
aaakkhhhh… … leeggiitthhhh…
bbaaanggeetthhh… Mmaaee… mmee…
meekmuu… uuuukkhhhhh… …
hhhhhhhhhhh… … hhhh… … aakkhhh…
aaahhhhhh… ”
Ceracaunya dan rahimku benar-benar tersiram
air kenikmatan yang teramat hangat. Tiba-tiba
setelah tiga kali semprotan ke dalam rahimku,
kontolnya yang panjang itu ia cabut dan sembari
mengocok dengan tangan kanannya ia
semprotkan kembali spermanya yang hangat itu
ke mulut dan wajahku sambil tangan kirinya
mendorong kepalaku yang berjilbab untuk
menelan dan mengemuti kontolnya yang
ternyata masih mengeluarkan sisa-sisa sperma
yang ada. “Hhaagghh… hhaahh… haahhh…
hhhhhh… … ”. Dengan gelagapan aku yang
masih diamuk birahi kenikmatan langsung
melumat dan mengenyot kontolnya sambil
tanganku ikut mengurut batang kontol Bowo
yang masih mengacung dengan kerasnya.
Kujilat dan kutelan sampai habis semua
spermanya, kusedot-sedot kuat kepala kontolnya
sampai Bowopun menggelinjang geli dan
nikmat. Iapun ikut menyeka sperma-sperma
yang berceceran di jilbabku saking kuat dan
banyaknya dan memberikannya kepadaku untuk
aku jilati. “Uuuummmmhhh… Mae… kamu
meem… bbuatkuu… melayang… mem… meek
kamu… nnikk..mmaatthh… bangeettt… ” Pujinya
kepadaku sambil ngos-ngosan.
“Kontol kamu juga bikin aku selalu kelojotan Wo,
manteb banget” Balasku sambil masih menjilat-
jilat kontolnya yang sudah mulai lemas tapi
masih keras itu.
“Kapanpun kamu mau, aku siap melayani kamu”
Katanya menirukan slogan kantornya.
Setelah diam sejenak kamipun bergegas
merapikan baju masing-masing dan tak lupa
sedikit kubasuh dengan sabun jilbabku yang
terkena tembakan peluru kenikmatannya tadi.
Kemudian Bowo mengantar aku keluar sampai
Pos Jaga di depan. Sebelum menaiki motorku
pun ia sempat meremas gemas pantatku.
Gila. Polisi muda satu ini memang gila!
Bagaimana tidak ia sanggup membuat aku
merem-melek keenakan dengan kontolnya yang
gagah itu! Aku pun jadi teramat ketagihan
dibuatnya dan semenjak itu ia menjadi salah satu
kontol cadanganku di saat aku membutuhkan
semburan kehangatan lelaki.


Adult | GO HOME | Exit
1/1836
U-ON

inc Powered by Xtgem.com